Badan Antariksa Nasional AS menggandeng
universitas-universitas dan kelompok swasta di Amerika Serikat untuk
bergerak cepat membuat sistem peringatan dini yang bisa mendeteksi
asteroid dan benda-benda di luar angkasa yang mengarah ke Bumi.
Langkah
ini ditempuh untuk menghindari bencana yang menimpa Rusia pada Jumat pekan lalu,
15 Februari 2013. NASA menyatakan peristiwa jatuhnya meteor di wilayah
Ural, Rusia, yang merusak sejumlah infrastruktur kota dan melukai 1.000
orang itu sangat jarang terjadi.
"Kami berharap peristiwa besar
itu hanya terjadi sekali dalam 100 tahun," kata Paul Chodas, ilmuwan di
Near Earth Program Office, Jet Propulsion Laboratory NASA, di Pasadena,
California, dilansir Spacedaily, 19 Februari 2013.
Di
hari yang sama dengan jatuhnya meteor di Rusia, asteroid 2012 DA14 yang
berukuran 45 meter juga melewati Bumi. Untungnya, batu angkasa itu tidak
sampai ke Bumi. Jika itu terjadi, diperkirakan dampaknya akan sama
seperti 180 kali kekuatan bom atom yang jatuh di Hiroshima.
"Sepuluh
tahun lalu, NASA sudah pasti tidak mampu mendeteksi asteroid 2012 DA14.
Namun, saat ini kami membuat kemajuan karena bisa mendeteksi asteroid
berukuran kecil," tutur Lindsey Johnson, Manager Proyek Near Earth
Objects (NEO) NASA.
Saat ini, dia mengatakan, ada banyak benda
asing yang terbang di luar angkasa. Di lingkungan Tata Surya, jumlahnya
hampir setengah juta, dan sangat sulit untuk mengidentifikasi satu per
satu karena ukurannya yang kecil.
Menghancurkan Bumi
Namun,
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Kongres pada tahun 1998, NASA
berhasil memetakan 95 dari asteroid yang sudah ditemukan - ukuran
diameternya mulai satu kilometer atau lebih - yang berada di orbit Bumi
mengelilingi matahari. Asteroid-asteroid inilah yang berpotensi membuat
kehancuran besar di Bumi.
Melalui Program NEO, NASA bisa
mendeteksi dan melacak asteroid yang mendekati Bumi denganxx teleskop.
Para peneliti juga memperkirakan dan mengukur ukuran dan orbit asteroid
yang kira-kira berbahaya bagi Bumi.
Sistem pelacakan ini
menggunakan teleskop radio Arecibo yang diletakkan di Puerto Rico.
Teleskop yang antenanya memiliki diameter 305 meter ini dapat mengamati
asteroid dengan sensivitas yang tinggi.
Tak hanya itu, NASA juga
membiayai pengamatan-pengamatan asteroid yang dilakukan oleh para amatir
dan semua datanya dikirimkan ke Minor Planet Center.
Tapi, saat
ini anggaran diperketat, NASA pun coba mengembangkan sistem-sistem lain
yang khusus mampu melacak benda-benda di luar angkasa.
Terobosan
lain, NASA juga merogoh kocek sebesar US$5 juta untuk program Asteroid
Terrestrial Impact Alert System (ATLAS), yang dilakukan oleh University
of Hawaii.
Para peneliti ATLAS bekerja setiap malam memantau
seluruh langit. Proyek ini dipastikan mampu mendeteksi benda langit
berdiameter 45 meter sekali pun, dan memberi peringatan seminggu sebelum
benda itu menerjang Bumi.
Upaya-upaya yang dilakukan NASA untuk
mendeteksi asteroid di luar angkasa sudah dianggap cukup oleh para
mantan astronot dan ilmuwan. Semua program dibuat untuk melindungi
manusia dan penghuni Bumi lainnya dari bencana asteroid.
Sumber : vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar